Monday, December 17, 2007

Uji Emisi,, usaha mengurangi efek rumah kaca,,

Kita tahu bahwa sekarang masalah global warming menjadi tren sejak Al Gore, mantan Wakil Presiden dan Calon Presiden partai Demokrat yang kalah oleh George W. Bush pada saat pemilu presiden mempresentasikan akibat yang dapat ditimbulkan global warming dalam film dokumenter Inconvenient Truth,, dan kemudian Al Gore mendapat Nobel Perdamaian 2007 untuk sumbangsihnya terhadap lingkungan tersebut.

Begitu powerfulnya tren ini hingga PBB sampai menyelenggarakan konferensi tingkat global yang dinamain UNFCCC (United Nation Framework for Climate Change Convention) yang digelar di Nusa Dua, 3-14 Desember 2007 kemarin dan menelan biaya sekitar 146 Milyar rupiah lebih. Kesadaran ini muncul karena pada dasarnya seluruh negara berpijak pada satu bumi dan beratapkan langit yang sama ( ..cause we are under the same sun.., by Scorpion ). Sebenere efek ini sudah disadari sejak dulu, tapi kenapa baru sekarang ya? Jadi selama ini kemana aja neng??? Apa hanya gara-gara Al Gore yang memaparkan efek-efeknya secara ekstrem di dalam film? Jadi dunia selama ini menganggap global warming hanya sebagai mitos?

Yang lebih ironis lagi, negeri asal peraih nobel tersebut malah menjadi tembok penghalang terbesar terhadap kesepakatan Bali Road Map yang jelas-jelas bertujuan untuk menyehatkan bumi kita. Well, sebenernya jika kita ramah terhadap alam, maka alam pun akan ramah pada manusia. Seperti biasa, G. Bush dengan ASnya menuntut China dan India untuk mengurangi polusi, tapi dia sendiri tercatat sebagai penghasil emisi yang besar,, sama seperti seorang perokok berat yang menyarankan temannya untuk berhenti merokok sedangkan dia tetap asik dengan asapnya,, haha :P

Di Indonesia sendiri sebenere usaha pengurangan emisi oleh pihak negara maju telah dilakukan, khususnya di Jakarta. Sejak sepuluh tahun yang lalu, Swiss melalui LSMnya Swiss Contact telah memberikan hibah sejumlah lebih dari 100 milyar untuk menerapkan uji emisi di Jakarta,, dana sebesar itu belum termasuk kerjasama dengan sponsor-sponsor yang berkaitan dengan program ini, dan gua perkirakan nominalnya jauh lebih besar. Sehingga diharapkan kendaraan-kendaraan yang tidak lulus emisi tidak dapat memperpanjang STNK, kendaraan tersebut harus diperbaiki dan dibengkelkan sedemikian rupa sampai kadar emisinya normal. Apabila perlu ya sampai turun mesin,,

Akhirnya pemkot DKI sebagai regulator menggodok Perda dan SK Gubernur. Untuk masalah teknis pemkot DKI menggandeng Asbekindo (Asosiasi Bengkel Indonesia) sebagai pelaksana uji emisi,, pada saat dasar hukum SK Gubernur dan Perda sudah jadi sejak dulu dan pasti memakan biaya yang tidak sedikit, pemerintah sampai detik ini BELUM BERANI mengimplementasikan peraturan tersebut dengan berbagai alasan,, gua rasa kurang adanya kemauan dari pemerintah dan adanya intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan jadi penghalang utama.

Yah, karena peraturan emisi gak jalan, jakarta teteup jadi kota yang berpolusi,, ampun deh,,


No comments: