Saturday, December 22, 2007

Klub Sepakbola,, layakkah didanai APBD?



Beberapa waktu yang lalu, gw liat Sport7 jam 6 pagi dan diantaranya terdapat berita tentang penolakan bonek terhadap pelarangan Mendagri agar APBD tidak boleh digunakan untuk membiayai klub sepakbola,,

Alasan mereka menolak pelarangan tersebut adalah jika aturan tersebut ditegakkan, kompetisi di Indonesia tidak akan berjalan. Karena sebagian besar klub sepakbola di Indonesia merupakan klub “plat merah” alias dibiayai melalui APBD Pemda,, dalam hati gw mbatin ajah “ngaca donk!! Apa pantes kalian dibiayai uang rakyat?? Biasanya bikin rusuh aja,,”

Diliat-liat, emang dana pemerintah yang dialokasikan ke klub sepakbola bener-bener cuma pemborosan,, alasan-alasannya gw uraikan di bawah:

1.Pengelolaan klub yang belum rapih, karena itu dana yang digunakan masih susah untuk dipertanggungjawabkan,, karena tidak adanya transparansi. Seharusnya klub dialihkan ke swasta agar lebih profesional,, apabila tidak dapat secara langsung maka seyogyanya dilakukan secara bertahap, hingga akhirnya peran pemerintah daerah hanya sebagai fasilitator bukan penyandang dana.

2.PSSI sebagai induk persepakbolaan Indonesia jangan hanya mikirin perut sendiri aja!!! Sponsor yang masuk untuk liga sebenarnya sangat besar jumlahnya,, dan akhirnya klub-klub peserta kompetisi hanya kebagian recehan doang. PSSI itu lahan yang sangat basah, buktinya si Nugraha Besoes dan Andi Darussalam Tabussala gak minggir-minggir dari organisasi macam status quo,, dan menurut gw bukan karena dedikasi, kenapa gw menyimpulkan seperti itu? Karena tugas yang mereka jalankan melalui PSSI sangat jelek kalo gak mau dikatakan amburadul.

3.Format kompetisi yang berubah-ubah dan ketidakpastian jadwal membuat klub-klub kita tidak bisa berbicara banyak di Liga Champions Asia, selain kalah kualitas juga kadang tidak didaftarkan oleh PSSI. Ampun deh (geleng-geleng)

4.Budaya suporter Indonesia yang belum bisa menerima kekalahan, brutal, dan mau seenaknya sendiri. Musim ini aja udah beberapa kali bentrokan terjadi,, baik sesama suporter maupun dengan aparat keamanan. Dalam hal ini banyak yang dirugikan, klub yang bersangkutan, wong cilik yang gak tau apa-apa tapi kena kerusuhan, masyarakat sekitar menjadi resah. Mungkin kompetisi akan digulirkan kembali apabila para suporter klub sudah dewasa dan bisa menerima bahwa sepakbola HANYA sekedar permainan, selalu ada yang menang dan kalah walaupun terkadang seri juga sih,, makanya gw males nonton di stadion

5.Tujuan dari sebuah kompetisi adalah mencetak sebuah tim nasional yang tangguh dari hasil olahan kompetisi. Tapi selama ini, prestasi apa yang dihasilkan tim nasional? “the big O!!!!” hasil dari kompetisi yang panjang dan mahal, hanya kerusuhan dan korup. No result from the competition, so it’s no longer worthed to be funded.

Dana yang dialokasikan untuk sepakbola seharusnya dapat dimanfaatkan lebih baik untuk kesejahteraan rakyat dan memang idealnya kompetisi dikelola sepenuhnya oleh swasta,,

Kapan hal ideal tersebut tercapai? Mungkin kita bisa berdoa semoga kita masih hidup saat hal tersebut terjadi 

2 comments:

icHaaWe said...

wah indonesia mah susyeehhh apa2 dikorupsi...gimana mau handal... mgkn gaji sibos kurang gede kali..jd dia ngembat dr kiri kanan...

THE INVISIBLE TINON said...

konkrit bung,
betul juga yang anda katakan, tapi ingat bung kompetisi di negara kita ini masih seumur jagung dan bisa dibilang belum terlalu mapan.
bukti nyatanya adalah sering dilakukan perubahan format kompetisi, dari adanya degradasi sampai penghapusan degradasi sampai-sampai kompetisi itu sendiri yang mengalami degradasi imej di mata internasional khususnya asia lebih khusus lagi asia tenggara.
entah apa motif dibalik sering berubahnya format kompetisi di negeri ini, mungkin benar yang anda katakan bahwa memang ada muatan politis dibalik semua ini sampai-sampai seorang koruptor masih depertahankan menjadi ketum PSSI.
antiklimaks!!!!!!
sebuah organisasi olahraga yang dahulu bergelimang prestasi sekarang menjadi tak lebih dari sebuah sarang koruptor!!!
benahi dulu internal kepengurusan baru benahi kompetisi kita.
sekarang pertanyaannya adalah apakan benar superliga 2008 menjadi titik balik dari semua kegagalan PSSI?? atau hanya sebuah pelarian saat mereka sudah tidak dapat membenahi sistem kompetisi LDI???